Sabtu, 28 Desember 2013

Malaikat Tak Bersayap



Pagi itu, suara ketukan pintu di kamarku terdengar jelas dengan suara seseorang perempuan yang selalu melakukan hal yang sama setiap di pagi hari. Mengetuk pintu kamar dan berkata, "ayo nak, bangun... Udah pagi nih, jangan telat bangunnya. Entar kamu telat ke sekolah loh." Begitulah kata-katanya. Setiap hari dia selalu bangun yang paling awal di saat semuanya sedang tertidur pulas. Aku tidak pernah mengerti, kenapa dia tidak pernah bosan melakukan hal yang sama setiap hari. Bangun paling awal, menyiapkan segala sesuatu yang mungkin bakal dilaksanakan di hari itu. Saat semuanya terbangun, apa yang dibutuhkan semua sudah siap. Bahkan dia pun tidak mau memperlihatkan bagaimana dia mengeluh di depan wajahku. Mungkin dia merasa malu jika mengeluh di depanku. Mungkin dia merasa gagal jika mengeluh di depanku. Terkadang aku selalu mengutamakan egoku, membentaknya, membantahnya seperti dia tidak layak untuk memerintahku. Terkadang aku selalu mencoba menutupi telinga, menutup pintu kamar tidurku, mendengarkan lagu sekeras mungkin, agar aku bisa tenang dan tidak mendengar celotehannya. Tidak jarang juga aku selalu menyuruhnya dengan semauku. Selalu berusaha benar, dan tidak mau mengalah. Aku pun juga terkadang tidak peduli apa yang aku lakukan salah atau tidak.

Pernah suatu hari aku pulang malam, melihat dia terbaring dengan nyenyak di kursi yang menurutku itu tidak nyaman untuk ditiduri. Tetapi kulihat dia sangat nyenyak. Saat itu aku melihat wajahnya yang penuh dengan rasa lelah. Entah kenapa saat itu aku merasa bersalah pada dirinya. Dia selalu menyembunyikan wajah lelahnya. Dia selalu hadir dengan keceriaan, bahkan dia pun tidak peduli apakah dirinya lelah, atau tengah sakit. Terkadang aku merasa kecewa dengan kelakuanku sendiri.

Suatu hari aku melihat dia berdoa, dia memohon kepada Tuhan. Yang kudengar, dia meminta agar dirinya terus bisa sehat, dan itu untuk mengurusku, membuatku senang, bahagia. Dan yang selalu aku ingat yaitu, dia meminta agar aku sukses dan melebihi dirinya di suatu saat nanti. Saat itu pikiranku sudah tidak karuan, aku sangat kecewa dengan perlakuanku sendiri terhadap dia. Saat itu pula, aku melihat air matanya menetes, dan aku berpikir, air mata itu karena ulahku, dan untuk aku.

Aku pun mengingat semua hal yang telah kulakukan terhadap dirinya. Betapa bodohnya diriku. Aku memarahinya, membentaknya, tidak mau mendengarkan nasehatnya, tidak peduli apa yang di katakannya, semuanya. Aku pun sadar, semuanya itu hanya untuk kebaikanku. Dia melakukan semuanya hanya untuk aku. Dia selalu bersabar, tersenyum. Walaupun aku tau sebenarnya dia lelah, hatinya menangis karena ulahku. Semuanya itu siapa lagi kalau bukan Ibu. Mungkin aku akan hanya bisa menjadi sebuah buah tanpa pohon jika tidak ada dia. Ibu bagiku itu sebuah keajaiban dunia, tidak peduli yang ke berapa. Tapi yang terpenting, Ibu itu lebih sempurna 10x, 100x, bahkan tidak tertandingi dari keajaiban-keajaiban yang ada. Terimakasih Ibu, atas semua yang telah kau beri untukku, terimakasih :')

Dan untuk yang Ibunya masih diberi kesehatan, panjang umur. Bisa kan kalian peluk dia, minta maaf ke dia, dan bilang kalian sungguh menyayanginya. Lakukanlah itu sebelum kau sangat menyesal :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasehh sudah mengunjungi blog gue, maap kalo masih kurang banyak yang berkenan, maklum lah masih amatir. Dinikmati sajalah, ya kalo ada yang kurang, ya dikasih gula sama penyedap, biar tulisan tulisan gue yang nanti nanti bakal jadi tambah sedep. Makaseh guys.