Pagi itu, suara ketukan pintu di kamarku terdengar jelas dengan suara seseorang perempuan yang selalu melakukan hal yang sama setiap di pagi hari. Mengetuk pintu kamar dan berkata, "ayo nak, bangun... Udah pagi nih, jangan telat bangunnya. Entar kamu telat ke sekolah loh." Begitulah kata-katanya. Setiap hari dia selalu bangun yang paling awal di saat semuanya sedang tertidur pulas. Aku tidak pernah mengerti, kenapa dia tidak pernah bosan melakukan hal yang sama setiap hari. Bangun paling awal, menyiapkan segala sesuatu yang mungkin bakal dilaksanakan di hari itu. Saat semuanya terbangun, apa yang dibutuhkan semua sudah siap. Bahkan dia pun tidak mau memperlihatkan bagaimana dia mengeluh di depan wajahku. Mungkin dia merasa malu jika mengeluh di depanku. Mungkin dia merasa gagal jika mengeluh di depanku. Terkadang aku selalu mengutamakan egoku, membentaknya, membantahnya seperti dia tidak layak untuk memerintahku. Terkadang aku selalu mencoba menutupi telinga, menutup pintu kamar tidurku, mendengarkan lagu sekeras mungkin, agar aku bisa tenang dan tidak mendengar celotehannya. Tidak jarang juga aku selalu menyuruhnya dengan semauku. Selalu berusaha benar, dan tidak mau mengalah. Aku pun juga terkadang tidak peduli apa yang aku lakukan salah atau tidak.
Semua tentang fiksi, mungkin bisa menjadi kenyataan. Tapi kenyataan yang telah ada, tidak mungkin menjadi fiksi.
Sabtu, 28 Desember 2013
Jumat, 27 Desember 2013
Perbedaan Itu Indah
Langganan:
Postingan (Atom)